Jumat, 31 Januari 2014

Cara Membuat Kopi (bubuk) Lampung

Lampung merupakan salah satu daerah yang menjadikan kopi sebagai komoditi andalan. Maka tak heran jika kopi Lampung menjadi oleh-oleh yang sangat dinantikan oleh sanak famili, khususnya diluar wilayah pulau Sumatera. Rasa kopi ini memang sangat enak, apalagi jika dibuat ala orang Jawa yaitu 'ginastel' legi, panas, kentel (baca: manis, panas, kental). Minuman hitam pekat ini sebenarnya banyak dihindari oleh kaum wanita, mereka mengatakan bahwa kopi memberi banyak potensi buruk pada kesehatan. Padahal, kopi pun memiliki manfaat, bisa baca disini.

Terlepas dari itu, bagi yang ingin tahu bagaimana cara pembuatan kopi Lampung dari biji hingga menjadi bubuk yang siap diseduh, bisa mengikuti langkah-langkah dibawah ini:
1. Pilihlah biji kopi dan beras yang berkualitas (perbandingan 1 : 1/2);
2. Cuci bersih biji kopi dan beras, lalu jemur hingga tidak berair lagi;
3. Panasi wajan yang terbuat dari tanah liat (gunakan tungku dan kayu bakar) usahakan api tetap menyala
    walaupun kecil;
4. Sangrai biji kopi terlebih dahulu hingga kehitaman, aduk yang rutin supaya hitamnya merata;
5. Angkat wajan, dan taruh biji kopi yang sudah menghitam pada baskom. Lalu beri gula 3 sdm dan
    ratakan  pada biji kopi tersebut;
6. Sangrai beras hingga cokelat kehitaman;
7. Angkat wajan, dan campurkan beras dengan biji kopi yang ada di baskom , tunggu hingga dingin;
8. Tumbuk atau giling campuran biji kopi dan beras yang telah disangrai tersebut.

Mudah kan?
Oh ya, alasan mengapa beras dipilih sebagai campuran adalah supaya rasa kopi nantinya tidak terlalu pahit. Tapi  dijamin rasanya tetap bahkan lebih enak dari kopi buatan pabrik, karena olahan pabrik itu terlalu banyak campurannya. Yang harus diketahui, Kopi buatan pabrik warnanya kemerahan (warna kopi kan hitam pekat), rasa kopinya tidak mendominasi, bubuknya kurang halus, dan harganya mahal, hehe. Walaupun sekarang ada promo beli dua gratis satu, tetap saja rasanya tidak se-sip! buatan sendiri.

Sekian, semoga bermanfaat.








Sang Bumi Ruwa Jurai

Sang Bumi Ruwa Jurai merupakan salah satu lagu Lampung yang mencitrakan kondisi global daerah Lampung. Lagu ini dulunya menjadi lagu yang wajib dinyanyikan dalam ujian praktik kesenian, ini terjadi saat kelas 5 SD. Kebayang kan gimana susahnya menghafal lagu dengan lirik yang tidak kita kuasai, walaupun tinggal di Lampung tapi kan tetap saja lidahnya lidah orang Jawa. Jadi butuh waktu berhari-hari untuk bisa menguasai lagu ini. terlebih orang Lampung katanya susah melafalkan huruf R, jadi huruf tersebut diganti dengan GH atau KH, misal Ruwai=Ghuwai/Khuwai.

Lirik lagu Sang Bumi Ruwai Jurai adalah sebagai berikut:  
Jak ujung Danau Ranau 
Teliu mit Way Kanan 
Sampai pantai lawok jawo
 Pesisir rik Pepadun 
Jadi sai delom lamban 
Lampung sai kaya-raya 

Kik ram haga burasan
 Hujau ni pumandangan 
Huma lada di pumatang
 Api lagi cengkeh ni
 Telambun beruntaian 
Tanda ni kemakmuran 
Lampung sai... 
Sang bumi ruwa jurai 2x 

Cangget bara bulaku 
Sembah jama saibatin 
Sina gawi adat sikam 
Manjau rik sebambangan 
Tari rakot rik melinting 
Ciri ni ulun Lampung 
Lampung sai... 
Sang bumi ruwa jurai 2x

 atau yang mau dengar lagunya, bisa juga langsung download


Senin, 27 Januari 2014

Membalas Kejahatan dengan Kebaikan

Membalas kejahatan dengan kebaikan merupakan tuntunan yang berdasar, ini bisa kita lihat pada terjemahan ayat-ayat berikut: 

Ar-Ra'd 22. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), 

Ar-Ra'd 23. (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; Al-Mu'minuun 96. Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan [1021]. [1021]. Maksudnya: perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan kaum musyrikin yang tidak baik itu hendaklah dihadapi oleh Nabi dengan yang baik, umpama dengan mema'afkannya, asal tidak membawa kepada kelemahan dan kemunduran da'wah. 

Al-Furqaan 63. Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. 

 Al-Qashash 54. Mereka itu diberi pahala dua kali 1129) disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka, mereka nafkahkan. 1129). Mereka diberi pahala dua kali ialah: Kali pertama karena mereka beriman kepada Taurat dan kali yang kedua ialah karena mereka beriman kepada Al-Qur'an. 

Fushshilat 34. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

Fushshilat 35. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. 

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.

 

 #sumber klik disini


Sabtu, 25 Januari 2014



Siung adalah salah satu  pantai yang menarik kepunyaan Pemda Gunung Kidul, Jogjakarta. Bibirnya tidak terlalu luas, tetapi cukup memberi kesan ‘indah’ setelah melihat daerah sekelilingnya. Ada bebatuan besar, gunung, dan perahu milik nelayan menambah kesan ‘pantai’ yang sesungguhnya. Keindahan itu semakin nampak, jika dilihat dari atas tebing. Mendengar kata tebing mungkin sebagian dari kamu mengira ada flying fox, tentu saja itu tidak ada. Jika kamu mau naik atau turun dari tebing itu, kamu harus bertumpu pada kakimu sendiri. Tidak ada bantuan tali dkk, tapi tenang saja tebing itu tidak terlalu tinggi, sama halnya dengan kita naik kapal veri lalu kita berdiri di atap kapal. walaupun tidak tinggi, tapi jika topangan tubuh tidak kuat, bisa saja jatuh, untuk itu ekstra hati-hati sangat dibutuhkan.
Terpaan angin dan suara ombak menambah serunya suasana. Melihat sekeliling seperti berada di peradaban nun jauh disana (entah dimana itu). Didepan nampak lautan luas yang sepertinya tiada ujung, samping kiri seperti hutan belantara, samping kanan pegunungan, dan dibelakang seperti perkampungan (adanya warung-warung). Ketika menengok kebawah kita dapat menjumpai bebatuan lancip dan ombak-ombak yang menerjangnya, lalu jika menoleh keatas langit indah seperti menggambarkan peta dunia ini. Sungguh sesuatu yang sangat ‘sesuatu’ sekali, Maha Besar Allah yang telah menciptakan Langit dan Bumi untuk manusia.
Berwisata tak harus jauh, tak harus mahal, dan tak harus lama. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa menikmati itu dengan ketulusan hati dan rasa syukur kepada-Nya.
#wahai anak muda! terimalah salam dari pesona pantai Siung, Gunung Kidul.